Our social:

Latest Post

Sabtu, 19 September 2015

Begini Kejanggalan Amdal PT Semen Indonesia di Rembang

Jum'at, 18 September 2015 | 21:00 WIB

Warga memeriksa air di Goa Gendongan, Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, 16 Agustus 2015. TEMPO/Budi Purwanto

TEMPO.CO, Jakarta - Pembangunan pabrik PT Semen Indonesia di Pegunungan Kendeng Utara, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, menuai pro dan kontra. Sebagian penduduk setempat yang didukung sejumlah ahli menilai analisis mengenai dampak lingkungan PT Semen Indonesia janggal.

“Ada banyak cacat dalam amdal PT Semen Indonesia,” kata peneliti lingkungan dari Institut Pertanian Bogor, Soerya Adiwibowo. Soerya adalah anggota tim Kementerian Lingkungan Hidup yang meneliti kasus tersebut. Dia juga menjadi saksi ahli yang diajukan warga Kendeng Utara dalam perkara melawan PT Semen Indonesia.


Hasil kajian tim Kementerian Lingkungan Hidup yang salinannya diperoleh Tempo menyatakan amdal PT Semen Indonesia tak memaparkan kondisi lapangan sebenarnya. Misalnya, ada daerah resapan air—disebut ponor, mata air, dan gua yang tidak dicantumkan di amdal PT Semen Indonesia. 


Penelusuran tim investigasi Majalah Tempo menunjukkan ada dua gua, empat ponor, dan tujuh mata air—disebut “belik” dalam bahasa setempat—di kawasan tapak Semen Indonesia. Eko Teguh Paripurno, ahli geologi asal Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta mendukung temuan Tempo. Begitu pula anggota klub penelusuran gua Acintyacunyata Speleological Club (ASC), Petra Sawacana. “Tak terbantahkan, ada ponor, gua, dan mata air di kawasan penambangan,” kata Eko.  
 
Seorang sumber yang mengetahui proses penyusunan amdal PT Semen Indonesia mengatakan, dokumen amdal yang diserahkan ke komisi penilai amdal di tingkat provinsi sebenarnya tak lengkap. Menurut sumber ini, tak ada surat kesesuaian tata ruang daerah.

“Banyak kajian dalam dokumen tidak lengkap, terutama yang terkait dengan karst,” ujar sumber ini. Karst adalah daerah resapan air yang menjaga ketersediaan air. 


Kejanggalan lain, ada narasumber dalam tim penyusun amdal yang namanya dicatut. Dwi Sasongko, peneliti Universitas Diponegoro Semarang, mengatakan namanya dicantumkan sebagai narasumber ahli ilmu lingkungan dalam amdal tanpa pemberitahuan. “Saya tak ikut menyusun dokumen itu karena merupakan anggota komisi penilai dari provinsi,” ujar Dwi Sasongko.

Sejumlah pihak juga menilai pembangunan pabrik semen tak sesuai dengan Peraturan Daerah Rembang No 14 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Rembang 2011-2031. Sebabnya, kawasan yang bakal ditambang termasuk kawasan lindung geologi sehingga tak boleh dirusak.



Direktur Utama Kuala Biru Utama Baru, Husaini Rahman, konsultan amdal PT Semen Indonesia, mengaku tak ingat soal kelengkapan dokumen dan tim penyusun amdal. “Sudah lama. Saya pelajari dulu. Seharusnya semua dokumen ada karena amdal sudah selesai,” ujar Husaini.

Sedangkan Agung Wiharto, General Manager of Corporate Secretary PT Semen Indonesia, membantah berbagai temuan Tempo. Dalam suratnya kepada Majalah Tempo, Agung menyatakan tim dari PT Semen Indonesia tak menemukan gua yang disebut telah ditelusuri tim investigasi Tempo.”Sudah kami cek dan verifikasi di lapangan. Hasilnya, temuan Tempo tak akurat,” kata Agung.

Direktur Utama PT Semen Indonesia Suparni membantah pembangunan pabrik dan penambangan tak sesuai aturan. “Kami pastikan, kami melakukan (penambangan) di situ sesuai dengan RTRW. Alat kontrolnya ada di Badan Lingkungan Hidup Jawa Tengah,” ujarnya. Suparni juga mengklaim amdal perusahaannya sudah sesuai fakta di lapangan. “Hal-hal penting sudah dimasukkan. Ini adalah studi akademik dan saintifik.”




http://nasional.tempo.co/read/news/2015/09/18/078701899/begini-kejanggalan-amdal-pt-semen-indonesia-di-rembang

Sabtu, 02 Mei 2015

Gombong Speleologi Expedition 2014


Gua merupakan indikator yang penting dalam penelitian karst karena gua dapat menunjukkan tingkat karstifikasi. Gua-gua yang masih aktif aliran sungai bawah tanahnya memiliki potensi dan peran dalam hidrologi kawasan yang sangat penting. Gua juga merupakan hunian berbagai biota yang memiliki fungsi lingkungan yang sangat penting, misalnya kelelawar. Berbagai jenis kelelawar memiliki peran sebagai predator hama serangga dan tikus, penyerbuk, dan penyebar biji-bijian. Potensi gua lainnya adalah untuk wisata, baik wisata umum maupun wisata minat khusus.

Kawasan Karst Karangbolong/Gombong merupakan kawasan yang tersusun dari Formasi Kalipucang yang berumur Miosen (11 – 25 juta tahun yang lalu). Yang tersusun oleh batugamping terumbu, batugamping klastik, batulempung, serpih dan batupasir. Gejala karstifikasi ini meliputi kenampakan morfologi berupa bukit-bukit, lembah-lembah tertutup, mata air permanen serta bentukan lorong-lorong bawah tanah. Bentang alam Karst Gombong terbagi menjadi tiga kecamatan yaitu Kecamatan Buayan, Kecamatan Ayah dan Kecamatan Rowokele dengan luasan lebih kurang 4.894 hektar (Kementerian ESDM,2003).

Kawasan Karst Karangbolong/Gombong merupakan penelitian yang dilaksanakan secara berkelanjutan oleh Acintyacunyata Speleological Club (ASC) dari tahun 1993, dengan tujuan untuk mengumpulkan dan melengkapi data yang telah ada sebelumnya. Total sekitar 183 sebaran gua yang berhasil terdata (Januari 2015) di Kawasan Karst Karangbolong/ Gombong dengan keanekaragaman potensi yang ada.

GOMBONG SPELEOLOGY EXPEDITION 2014, diselenggarakan oleh Pengurus Acintyacunyata Speleological Club (ASC) berlokasi di Kawasan Karst Karangbolong/ Gombong, Kecamatan Buayan dan Ayah, Kabupaten Kebumen, Propinsi Jawa Tengah, pada tanggal 20 September s.d 05 Oktober 2014. Selain untuk meningkatkan kemampuan Calon Anggota Acintyacunyata Speleological Club (ASC) pelaksanaan kegiatan ini juga bertujuan untuk mendata potensi yang terkandung di gua-gua di Kawasan Karst Karang Bolong/ Karst Gombong, yang diantaranya adalah potensi air bawah tanah, potensi arkeologi, dan potensi ilmiah lainnya.

Hasil dari kegiatan GOMBONG SPELEOLOGY EXPEDITION diupayakan bukan sekedar penelitian hobi semata, namun berdasarkan studi literatur yang telah dipublikasikan dan dapat dipertanggungjawabkan isinya dalam batasan ilmu speleologi, dan juga nantinya dapat digunakan sebagai data pendukung dalam kaitannya perlindungan dan pelestarian kawasan kast, khususnya di kawasan karst Karangbolong/ Gombong. Adapun kegiatan tersebut terdiri dari :






https://ascindonesia.wordpress.com/2015/05/01/gombong-speleology-expedition-2014-bukan-sekedar-penelitian-hobi/?blogsub=confirming#subscribe-blog

Selasa, 14 April 2015

Industri Semen Ramah Lingkungan?

Kamis, 26 Maret 2015

Potret Kawasan Karst Indonesia

by speleopartner 
Sebaran pabrik semen di Pulau Jawa (diolah dari peta sebaran karst http://www.biota.org)


Indonesia adalah negeri yang diberkahi kekayaan alam melimpah baik yang ada di atas tanah maupun di bawah tanah. Kekayaan alam itu semestinya mensejahterakan rakyat dari generasi ke generasi. Salah satu kekayaan alam yang jarang disadari keberadaannya adalah Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK), yaitu kawasan perbukitan kapur yang telah mengalami proses pelarutan sedemikian rupa sehingga menunjukkan ciri-ciri fisik yang unik dan khas.

Fungsi utama kawasan karst bagi kehidupan manusia adalah kemampuannya menyerap air hujan, menyimpan dan mengeluarkannya sebagai mata air (akuifer air bersih). Jutaan meter kubik air hujan setiap tahun terserap dengan baik oleh KBAK. Di dunia, 15% luas daratan adalah kawasan bentang alam karst, di mana kawasan ini mencukupi 25% kebutuhan air bersih penduduk dunia (D.C Ford et al, 1988).

Fungsi lain kawasan karst adalah sebagai penyerap karbondioksida (CO2) di atmosfer. Dalam satu tahun Kawasan Bentang Alam Karst di dunia mampu menyerap 0,41 milyar metrik ton CO2 dari atmosfer, namun dalam proses karstifikasi akan melepaskan kembali 0.3 miliar metrik ton CO2, sehingga rata-rata Co2 yang terserap 0.11 miliar metrik ton (Liu & Zhao, 1999). Kawasan karst menjadi salah satu rantai penting dalam siklus karbon di dunia.

Goa yang banyak terdapat di kawasan, menjadi rumah bagi berbagai jenis fauna endemik yang berfungsi sebagai penyeimbang ekosistem. Salah satu fauna yang membawa dampak langsung bagi kehidupan manusia adalah kelelawar. Seekor kelelawar jenis pemakan serangga -memiliki berat tubuh rata-rata 17 gram- setiap malam mampu memakan serangga hingga seperempat berat tubuhnya (4,25 gram) = +/- 800 – 1200 ekor serangga (Wiantoro, 2006). Ribuan kelelawar yang tinggal dalam suatu goa diyakini menjadi predator utama serangga yang berpotensi menjadi hama pertanian.
Grafik perbandingan kondisi ketersediaan dan kebutuhan air vs kebutuhan dan ketersediaan semen Di Pulau Jawa

Grafik perbandingan kondisi ketersediaan dan kebutuhan air vs kebutuhan dan ketersediaan semen Di Pulau Jawa

Ancaman Terhadap Kawasan Bentang Alam Karst 
Industri ekstraktif batugamping yang menjadi penyusun bentang alam karst masih menjadi ancaman utama kawasan karst di dunia. Batugamping yang menyusun kawasan karst mengandung unsur karbonat (CaCo3) yang tinggi, tidak kurang dari 80%, kandungan karbonat dalam batugamping penyusun karst ada yang mencapai 95–100 %, seperti yang dijumpai pada di Karst Dinaric- Yugoslavia yang berumur antara 65-145 juta tahun lalu (Herak, 1972).
Unsur karbonat ini memiliki nilai ekonomis dan diminati oleh pelaku industri semen portland karena dianggap sebagai bahan dasar yang belum tergantikan hingga saat ini.Indonesia yang hanya memiliki 0.7% dari luas kawasan karst dunia (luas kawasan karst dunia 22 juta kilometer persegi menurut Liu & Zhao, 1999) menjadi tujuan utama investasi industri semen sejak pelarangan industri semen di beberapa negara maju di dunia seperti China (33% daratan China adalah kawasan karst). Alasan penutupan pabrik semen di China adalah efisiensi energi dan karena industri semen sebagai salah satu penyumbang emisi karbon dan sumber polutan udara terbesar selain industri baja.

Industri semen di Indonesia terkonsentrasi di Pulau Jawa yang notabene merupakan pulau terpadat di Indonesia. Beberapa indutri semen juga beroperasi di jantung kawasan karst di pulau Sulawesi dan Sumatera. Di beberapa kawasan, pendirian pabrik semen memicu konflik dengan masyarakat setempat. Penyebabnya adalah kawasan karst yang akan atau telah diambil batugampingnya oleh industri semen merupakan aset penting bagi masyarakat di sekitarnya yang mayoritas adalah petani. Mata air yang memancar dari perbukitan karst merupakan sumber kehidupan baik untuk memenuhi kebutuhan air bersih maupun untuk irigasi persawahan.Pulau Jawa sebagai representasi pengelolaan kawasan karst di Indonesia saat ini masih mengalami masalah serius tumpang tindihnya tata ruang. Perundangan yang ada belum sepenuhnya ditegakkan implementasinya oleh pemangku kekuasaan. 

Hal ini menjadi suar peringatan bagi para pegiat pelestarian karst di Indonesia untuk bersiap-siap menghimpun diri menjadi garda terdepan upaya perlindungan dan penyelamatan kawasan karst di wilayah lain di Indonesia. Cadangan yang sangat sedikit dan proses penciptaan yang memakan waktu ribuan tahun menjadi alasan yang logis bagi para pihak untuk merubah pola pikir bahwa kawasan karst merupakan Sumber Daya Alam yang tak terbarukan, bukan sekedar bahan galian C sebagaimana yang berlaku selama ini.

Pengelolaan Kawasan Bentang Alam Karst
 
Saat ini, pengelolaan KBAK masih tumpah tindih karena tarik ulur kepentingan berbagai pihak. Secara fungsi, KBAK dilindungi oleh regulasi yang dikeluarkan oleh Pemerintah (PP Nomor 26 tahun 2008 tentang RTRW Nasional). Secara fisik KBAK diatur oleh regulasi dari Kementerian ESDM (Permen ESDM No.17 tahun 2012 tentang Penetapan KBAK).Namun prakteknya, KBAK sering salah urus ditangan pemerintah daerah. Fakta bahwa sebagian besar KBAK berada di kawasan hutan yang menjadi tanggungjawab Kementerian Kehutanan dan PERHUTANI semakin memperumit pengelolaan KBAK. Akibatnya, penetapan KBAK sering tidak sesuai dengan data- data lapangan sehingga mengancam fungsi lindung yang telah ditetapkan oleh Pemerintah dan memicu konflik di banyak daerah. Konflik yang sering terjadi dipicu oleh benturan antara masyarakat yang menggantungkan kehidupannya pada fungsi ekologis KBAK (sebagai penyedia air dan lahan bercocok tanam) dengan investor yang diakomodasi pemerintah setempat.
 
Laju perusakan kawasan karst di Indonesia jauh lebih cepat dari upaya perlindungan yang dilakukan selama ini. Kawasan perbukitan batukapur yang memiliki potensi karst yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai KBAK baru meliputi 3 wilayah saja : KBAK Sukolilo, KBAK Gombong dan KBAK Gunugsewu. Padahal penelitian dari para ahli setidaknya di Pulau Jawa saja terdapat lebih dari 27 kawasan karst (berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Balaz. 1968).

Melihat semua fakta-fakta tentang KBAK ini, negara secepatnya perlu memiliki sebuah badan atau komisi yang secara khusus menangani permasalahan karst di Indonesia yang terdiri dari berbagai unsur yang mampu mempengaruhi, mengontrol dan mengevaluasi kebijakan-kebijakan yang diambil para pemangku kebijakan terkait pengelolaan kawasan bentang alam karst di Indonesia.Sebagai potensi sumber daya alam yang tak terbarui dan menjadi sandaran hidup jutaan orang di Indonesia, kawasan bentang alam karst layak untuk segera diurus sebagaimana mestinya. Jangan menunggu sampai kawasan bentang alam karst terakhir hilang dari peta Republik Indonesia! (A.B. Rodhial Falah)

https://speleoside.wordpress.com/2015/03/25/potret-kawasan-karst-indonesia/